Penerapan Total Quality Management in Education (TQME) pada
Perguruan Tinggi di Indonesia:
Suatu Upaya untuk Memenuhi Kebutuhan Sistem Industri Modern
Suatu Upaya untuk Memenuhi Kebutuhan Sistem Industri Modern
Abstrak: Fenomena menarik yang perlu dicermati dari lulusan
perguruan tinggi di Indonesia adalah ketidakmampuan lulusan itu untuk cepat
beradaptasi dengan kebutuhan dunia industri modern. Hal ini berakibat pada
tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia dari waktu ke waktu
terus meningkat, sebaliknya tenaga-tenaga kerja asing yang berasal dari
perguruan tinggi luar negeri terus berdatangan ke Indonesia untuk memasuki
pasar tenaga kerja di Indonesia. Pengamatan penulis menunjukkan bahwa hal ini
disebabkan oleh terjadinya kesenjangan persepsi antara pengelola perguruan tinggi
dalam menghasilkan lulusannya dan pengelola industri untuk menggunakan lulusan
perguruan tinggi di Indonesia. Penerapan TQM (total quality
management) pada sistem pendidikan yang sering disebut sebagai: Total
Quality Management in Education (TQME) diharapkan mampu menghilangkan atau
mengurangi tingkat kesenjangan yang ada antara perguruan tinggi dan industri di
Indonesia. Penerapan TQME pada perguruan tinggi di Indonesia harus
dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan
efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan
tinggi.
Kata kunci: Kebutuhan sistem industri modern, Total quality
management in education, Peningkatan kualitas terus-menerus, Kepuasan
pelanggan.
- Pendahuluan
Banyak usaha telah dirumuskan oleh para ahli manajemen kualitas untuk
mendefinisikan kualitas jasa atau pelayanan, agar dapat didesain (designable),
dikendalikan (controllable), dan dikelola (manageable),
sebagaimana halnya dengan kualitas barang. Secara konseptual, manajemen
kualitas dapat diterapkan baik pada barang maupun jasa, karena yang ditekankan
dalam penerapan manajemen kualitas adalah peningkatan sistem kualitas.
________________________________________________________________________
*) Dr. Vincent Gaspersz, CFPIM
adalah konsultan profesional dalam manajemen sistem industri dan kualitas serta
Lektor Kepala pada program pascasarjana MM Universitas Trisakti. Anggota Senior
(Senior Member) dari The American Society for Quality (ASQ), USA. Memperoleh
penghargaan sebagai penulis terbaik pada tahun 1994 dari Mendikbud RI.
Dengan demikian, yang perlu diperhatikan dalam pengembangan manajemen
kualitas adalah pengembangan sistem kualitas yang terdiri dari: perencanaan
sistem kualitas, pengendalian sistem kualitas, dan peningkatan sistem kualitas.
2. Kajian Teori dan Pembahasan
2.1 Kebutuhan Manajemen Sistem Industri Modern
Manajemen perguruan tinggi di Indonesia seyogianya memahami pula
perkembangan manajemen sistem industri modern, sehingga mampu mendesain,
menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan kinerja sistem pendidikan tinggi
yang memenuhi kebutuhan manajemen sistem industri modern. Hal ini dimaksudkan
agar setiap lulusan dari perguruan tinggi mampu dan cepat beradaptasi dengan
kebutuhan sistem industri modern. Dengan demikian sebelum membahas tentang
sistem pendidikan tinggi, perlu diketahui tentang konsep dasar sistem industri
modern yang akan dipergunakan sebagai landasan utama untuk membahas penerapan TQME
pada sistem pendidikan tinggi modern di Indonesia.
Pada dasarnya proses industri harus dipandang sebagai suatu peningkatan
terus-menerus (continuous industrial process improvement), yang dimulai
dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk,
pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen.
Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari
pengguna produk (pelanggan) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk
menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beserta proses produksi
yang ada saat ini.
Gambar 1.
Konsep Manajemen Sistem Industri Modern
Agar peningkatan proses industri dapat berjalan secara konsisten, maka
dibutuhkan manajemen sistem industri, yang pada umumnya akan dikelola oleh
lulusan perguruan tinggi. Konsep sistem industri dan manajemen sistem industri
ditunjukkan dalam Gambar 1. Dari Gambar 1 tampak bahwa manajemen sistem
industri terdiri dari dua konsep, yaitu: (1) konsep manajemen dan (2) konsep
sistem industri. Suatu sistem industri mengkonversi input yang berasal dari
pemasok menjadi output untuk digunakan oleh pelanggan, sedangkan manajemen
sistem industri memproses informasi yang berasal dari sistem industri, pelanggan,
dan lingkungan melalui proses manajemen untuk menjadi keputusan atau tindakan
manajemen guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem industri.
Berdasarkan konsep manajemen sistem industri modern di atas, maka setiap
lulusan perguruan tinggi yang akan bekerja dalam sistem industri harus memiliki
kemampuan solusi masalah-masalah industri yang berkaitan dengan bidang ilmu
yang dikuasainya berdasarkan informasi yang relevan agar menghasilkan keputusan
dan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem industri tersebut.
Kemenade and Garre (2000) mengidentifikasi delapan kategori yang
dibutuhkan dari lulusan perguruan tinggi sehingga dapat memenuhi permintaan
bisnis dan industri di Belgia, Belanda, Finlandia, dan Inggris, yaitu: (1)
berorientasi pada pelanggan, (2) memiliki pengetahuan praktis dan aplikasi
alat-alat total quality management (TQM), (3) mampu membuat keputusan
berdasarkan fakta, (4) memiliki pemahaman bahwa bekerja adalah suatu proses,
(5) berorientasi pada kelompok (teamwork), (6) memiliki komitmen untuk
peningkatan terus-menerus, (7) pembelajaran aktif (active learning), dan
(8) memiliki perspektif sistem.
Berdasar kenyataan, terdapat kesenjangan antara lulusan pendidikan
tinggi dan kebutuhan industri di Indonesia seperti ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1
Kesenjangan Lulusan Perguruan Tinggi dengan Kebutuhan Industri di Indonesia
Kesenjangan Lulusan Perguruan Tinggi dengan Kebutuhan Industri di Indonesia
Lulusan
Perguruan Tinggi
|
Kebutuhan
Industri
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
2.2 Konsep Sistem Pendidikan Tinggi Modern
Meminjam konsep berpikir manajemen sistem industri modern, maka
manajemen perguruan tinggi di Indonesia seyogianya memandang bahwa Proses
Pendidikan Tinggi adalah suatu peningkatan terus-menerus (continuous
educational process improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak
adanya ide-ide untuk menghasilkan lulusan (output) yang berkualitas,
pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, dan ikut bertanggung jawab untuk
memuaskan pengguna lulusan perguruan tinggi itu. Seterusnya, berdasarkan
informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna lulusan (external
customers) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk mendesain ulang
kurikulum atau memperbaiki proses pendidikan tinggi yang ada saat ini. Konsep
pemikiran manajemen sistem pendidikan tinggi ini dituangkan pada gambar 2.
Gambar 2.
Manajemen Sistem Pendidikan Tinggi Modern
Selanjutnya, dapat dikembangkan pula model manajemen operasional
perguruan tinggi di Indonesia seperti pada gambar 3.
Gambar
3. Roda Deming dalam Manajemen Pendidikan Tinggi Modern
Pada gambar 3, menunjukkan bahwa penerapan roda Deming dalam manajemen
pendidikan tinggi di Indonesia akan terdiri dari empat komponen utama, yaitu:
riset pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi, operasional proses
pendidikan tinggi, dan penyerahan lulusan yang kompetitif dan berkualitas ke
pasar tenaga kerja. Dalam hal ini diperlukan suatu interaksi tetap antara riset
pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi, operasional proses
pendidikan tinggi, dan bertanggung jawab menghasilkan lulusan yang kompetitif
dan berkualitas ke pasar tenaga kerja, agar perguruan tinggi di Indonesia mampu
berkompetisi dalam persaingan global tahun 2003 dan seterusnya. Berkaitan
dengan hal ini, sudah saatnya perguruan tinggi di Indonesia melakukan
reorientasi dan redefinisi tujuan dari pendidikan tinggi, bukan sekedar
menghasilkan lulusan sebanyak-banyaknya tanpa peduli akan kepuasan pengguna
lulusan itu, melainkan juga harus bertanggung jawab untuk menghasilkan output
(lulusan) yang kompetitif dan berkualitas agar memuaskan kebutuhan pengguna
tenaga kerja terampil berpendidikan tinggi. Konsekuensi dari pemikiran ini
adalah penerapan TQME pada perguruan tinggi di Indonesia harus
dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan
efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan
tinggi itu. Melalui penerapan roda Deming dalam sistem pendidikan tinggi yang
dijalankan secara konsisten, maka perguruan tinggi di Indonesia akan mampu
memenangkan persaingan global yang amat sangat kompetitif dan memperoleh
manfaat (ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk
pengembangan perguruan tinggi itu dan peningkatan kesejahteraan pegawai yang
terlibat di perguruan tinggi itu.
2.3 Desain TQME untuk Perguruan Tinggi di Indonesia
Sebelum TQME didesain untuk perguruan tinggi di Indonesia, maka stakeholders
dari perguruan tinggi harus memiliki kesamaan persepsi tentang manajemen
kualitas. Dalam konsep manajemen kualitas modern, kualitas suatu perguruan
tinggi antara lain ditentukan oleh kelengkapan fasilitas atau reputasi
institusional. Kualitas adalah sesuatu standar minimum yang harus dipenuhi agar
mampu memuaskan pelanggan yang menggunakan output (lulusan) dari sistem
pendidikan tinggi itu, serta harus terus-menerus ditingkatkan sejalan dengan
tuntutan pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif. Berkaitan dengan hal ini,
maka Spanbauer (1992) menyatakan bahwa manajemen perguruan tinggi harus
mengadopsi paradigma baru tentang manajemen kualitas modern. Paradigma baru dan
paradigma lama yang dianut oleh manajemen perguruan tinggi dicantumkan pada
tabel 2.
Tabel 2.
Paradigma Baru dan Paradigma Lama dari Manajemen Perguruan Tinggi
Paradigma Baru dan Paradigma Lama dari Manajemen Perguruan Tinggi
Paradigma Baru
|
Paradigma Lama
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
Agar pemahaman dan adopsi paradigma baru pada tabel 2 dapat berhasil, maka dibutuhkan suatu sistem pelatihan kepada pengelola perguruan tinggi di Indonesia. Pelatihan TQME yang penting bagi pengelola perguruan tinggi di Indonesia ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3.
Desain Sistem Pelatihan TQME bagi Pengelola Perguruan Tinggi di Indonesia
Desain Sistem Pelatihan TQME bagi Pengelola Perguruan Tinggi di Indonesia
Jenis Pelatihan
|
Waktu Minimum
|
Materi Pelatihan
|
Peserta
|
1. Pelatihan
Manajemen Puncak
|
36 jam
|
Manajemen Proses, Statistical Thinking, Pelayanan Pelanggan,
Pembentukan Kelompok, dan Solusi Masalah |
Rektor, Pembantu Rektor, Dekan, Pembantu Dekan, dan Ketua Jurusan/
Departemen |
2. Pelatihan Dosen
|
36 jam
|
Efektivitas dan Metode Pengajaran, Statistical Thinking, Pelayanan
Pelanggan, Pembentukan Kelompok, dan Solusi Masalah |
Dosen Tetap, Dosen Tidak Tetap, dan Asisten Dosen |
3. Pelatihan Staf
Pendukung
|
36 jam
|
Pelayanan Pelanggan, Pembentukan Kelompok, Solusi Masalah, Manajemen
Waktu, Keterampilan Bertelepon, dan Pengendalian Diri |
Semua Staf Pendukung |
Gambar 4. Penerapan Total
Quality Management in Education (TQME) pada Perguruan Tinggi
PenutupPenerapan total quality management in education (TQME) pada perguruan tinggi di Indonesia harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan tinggi. Melalui penerapan TQME dalam sistem pendidikan tinggi yang dijalankan secara terus-menerus dan konsisten, maka perguruan tinggi di Indonesia akan mampu memenangkan persaingan global yang amat sangat kompetitif dan memperoleh manfaat (ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk pengembangan perguruan tinggi dan peningkatan kesejahteraan personel yang terlibat di perguruan tinggi itu. Upaya ini juga akan mengurangi kesenjangan persepsi yang terjadi antara perguruan tinggi dan industri di Indonesia. Untuk itu, perlu direnungkan secara mendalam, mengapa tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia dari waktu ke waktu terus bertambah, sedangkan di satu pihak tenaga kerja asing yang nota bene adalah lulusan perguruan tinggi luar negeri terus berdatangan ke Indonesia dan "merebut" posisi manajemen dalam industri? Hal ini memberikan konsekuensi ekonomi yaitu semakin banyak devisa yang tersedot untuk membayar upah tenaga kerja asing itu!
Solusinya adalah secepatnya menerapkan TQME pada perguruan tinggi di Indonesia, agar lulusan perguruan tinggi di Indonesia mampu bersaing di pasar tenaga kerja global pada tahun 2003 dan seterusnya. Patut dicatat bahwa pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam sistem industri akan menjadi sumber daya nasional yang paling efektif untuk membawa bangsa Indonesia menuju kemajuan dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Lulusan perguruan tinggi di Indonesia perlu dibekali juga dengan beberapa kemampuan tambahan seperti: bekerja sama dan berinteraksi dengan orang lain, berkomunikasi, berpikir berdasarkan logika, solusi masalah dan pembuatan keputusan, melihat sesuatu secara komprehensif dalam konteks sistem, pengendalian diri, dan lain-lain. Untuk hal ini, beberapa mata kuliah seperti manajemen proses, dasar-dasar teori dan analisis sistem, teori-teori tentang manajemen kualitas, statistical thinking, statistical process control, analisis masalah dan pembuatan keputusan akan sangat bermanfaat apabila diajarkan pada perguruan tinggi di Indonesia.
Pustaka Acuan
Deming,
W. E. 1986. Out of the Crisis. Massachusetts Institute of
Technology, Massachusetts.
Gaspersz,
Vincent. 1997. Manajemen Kualitas untuk Industri Jasa. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Harrington,
J. H. and James S. Harrington. 1993. Total Improvement Management. McGraw-Hill,
Inc., New York.
Kemenade,
E. V. and Paul Garre. 2000. Teach What You Preach—Higher Education and
Business: Partners and Route to Quality. Quality Progress Vol. 39, No. 9,
September 2000, pp. 33-39.
Spanbauer,
S. J. 1992. A Quality System for Education. ASQC Quality Press,
Milwaukee, Wisconsin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar