Sabtu, 03 Mei 2014

manufaktur dan jasa

Industri Manufaktur Dan Jasa


A.  Pengertian Manufaktur

Istilah manufaktur berasal dari dua kata bahasa latin, yaitu manus dan factus yang berarti manus adalah tangan dan factus adalah mengerjakan. Jadi manufaktur artinya mengerjakan dengan tangan atau proses pembuatan produk yang dikerjakan dengan tangan. Pengertian manufaktur sekarang adalah proses pembuatan produk dengan bantuan mesin dan pengontrolanbahkan dikerjakan secara automatis penuh, tetapi tetap melalui pengawasan secara manual.


Istilah manufaktur sering dianggap sama dengan produksi, tetapi sebenarnya produksi memiliki arti yang lebih luas. Produksi adalah proses pengolahan bahan baku menjadi suatu produk, dapat berupa produk gas, cair, dan padat. Contoh : produksi gas alam, produksi minyak bumi, produksi pesawat terbang.

Manufaktur adalah proses pengolahan bahan baku menjadi suatu produk dalam bentuk padat. Contoh : manufaktur pesawat terbang. Manufaktur dapat didefinisikan secara teknis dan secara ekonomi.


B.  Industri Manufaktur dan Produk

Industri terdiri dari perusahaan dan organisasi yang menghasilkan atau mensuplai barang – barang dan jasa. Industri manufaktur (The Manufaktur Industries), yaitu industri yang menghasilkan bahan baku guna dijadikan bermacam – macam bentuk/model produk, baik yang masih produk berupa setengah jadi ataupun yang sudah berupa produk jadi. Contoh Industri Permesinan dan Industri Mobil. Industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut (lihat tabel 1.1) :
  1. Industri Primer,
  2. Industri Sekunder, dan
  3. Industri Tersier.
Industri Primer adalah adalah industri yang mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam seperti pertanian, perikanan, pertambangan, dan lain – lainnya.

Industri Sekunder adalah industri yang mengolah hasil dari industri primer menjadi barang – barang konsumsi (consumer goods) dan barang – barang kapital (capital goods). Kegiatan utama pada industri sekunder ini adalah manufaktur, termasuk keperluan konstruksi dan daya.

Industri Tersier adalah industri yang bergerak dalam sektor pelayanan perekonomian, seperti perbankan, asuransi, hotel, dan lain – lainnya.

Tabel 1.1 Bidang – Bidang Dalam Industri

Primer
Sekunder
Tersier
Pertanian
Kehutanan
Perikanan
Petambangan
Perminyakan
Dan lain - lain
Logam Dasar
Automotif
Bahan Bangunan
Komputer
Elektronik
Dan lain - lain
Perbankan
Komunikasi
Pendidikan
Hotel
Asuransi
Restoran, dll


C.  Produk Manufaktur

Produk akhir yang dibuat dalam industri dapat dibagi dalam dua kelas utama, yaitu : costumer goods dan capital goods.

Costumer goods adalah produk – produk yang dibeli langsung oleh konsumen dan digunakan untuk keperluan pribadi, seperti mobil, komputer personal, televisi, radio, raket tennis, dan sebagainya.

Capital goods adalah produk – produk yang dibeli langsung oleh perusahaan untuk menghasilkan barang – barang atau pelayanan, seperti mesin perkakas, main frame computer, peralatan konstruksi, pesawat terbang dan sebagainya.


D.  Jumlah Produksi dan Variasi Produksi

Jumlah produksi per tahun dapat diklasifikasikan :
  1. Produksi rendah       : 1/100 unit per tahun
  2. Produksi menengah  : 100/10000 unit per tahun
  3. Produksi tinggi         : > 10000 unit per tahun
Produk yang terdiri atas berbagai variasi produk dari jenis yang berbeda, biasanya dibuat dalam jumlah kecil atau menengah. Semakin tinggi variasi produk semakin rendah jumlah produksi yang dapat dibuat, dan sebaliknya semakin rendah variasi produk semakin tinggi jumlah produksi yang dapat dibuat.

Klasifikasi variasi produk dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu :
  1. Variasi produk lunak (soft product variety), dan
  2. Variasi produk keras (hard product variety).
Variasi produk lunak : perbedaan antara variasi produk yang dibuat kecil, seperti perbedaan antara model mobil yang dibuat pada lini produksi yang sama, dimana banyak digunakan part – part yang sama. Contoh : perbedaan antara mobil sedan Toyota Corolla dengan mobil sedan Toyota Corona.

Variasi produk keras : perbedaan antara variasi produk yang dibuat besar, biasanya jarang menggunakan part yang sama. Contoh : perbedaan antara mobil sedan dengan mobil truk.


E.   Kemampuan Manufaktur

Untuk mengukur kemampuan manufaktur dapat dilihat dari :
  1. Kemampuan pemrosesan teknologi (technological processing capability),
  2. Limitasi fisik produk (phisical product limitations), dan
  3. Kapasitas produksi (production capacity).
Kemampuan pemrosesan teknologi adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memproses suatu jenis material dengan keunggulan kompetitif , termasuk keahlian merencanakan personal dalam proses teknologi tersebut.

Limitasi fisik produk, merupakan kemampuan untuk memproduksi berdasarkan berat, ukuran dan tingkat kesulitan dalam membuatnya, termasuk didalamnya mengatur tentang equipment, material handling, storage dan ukuran plant.

Kapasitas produksi, merupakan batasan tentang kemampuan berapa jumlah produk yang dapat diproduksi dalam satu periode waktu tertentu, biasanya disebut dengan plant capacity atau production capacity. Faktor yang mempengaruhi antara lain ; jumlah shift per minggu, jumlah jam per minggu, dan tenaga kerja langsung yang diperlukan.


F.   Material yang Digunakan dalam Manufaktur
  1. Logam terdiri dari logam besi dan logam non-besi. Logam besi adalah logam/paduan mengandung besi sebagai unsur utama. Contoh : besi tuang, baja karbon, baja tahan karat , dan lain - lainnya. Logam non besi adalah logam/paduan mengandung besi dalam jumlah kecil atau sama sekali tanpa besi. Contoh : alumunium, tembaga, emas, timah, magnesium, nikel,seng, dan lain - lainnya.
  2. Keramik adalah bahan yang berbentuk dari hasil senyawa antara logam atau semi logam (Si, Ge) dengan unsur - unsur non logam. Contoh : silica (SiO2), alumunia (Al2O3), karbida tungsten, krbida titanium, nitrida titanium, nitrida boron, dan lain - lainnya.
  3. Polimer adalah senyawa yang terdiri dari serangkaian molekul mer yang sangat banyak, biasanya terdiri dari karbon ditambah satu atau lebih unsur - unsur yang lain, seperti  : hidrogen, nitrogen, dan klorin.
  4. Komposit adalah material yang merupakan gabungan antara ketiga jenis material diatas. Komposit merupakan optimasi susunan material yang menunjukkan sifat terbaik dari unsur -unsur pembentuknya dan sering juga beberapa sifat yangtidak memiliki oleh salah satu unsur tersebut. Komposit terdiridari bahan penguat (filler) dan bahan pengikat (matriks). Contoh : serat gelas dalam matriks polimer, keramik dalam matriks logam, kayu merupakan komposit alam yang memiliki serat selulose dengan matriks lignin.
Proses manufaktur dapat dibagi dalam dua jenis operasi utama, yaitu :
  1. Operasi pemrosesan (processing operations), dan
  2. Operasi perakitan (assembly operations).
Operasi Pemrosesan (processing operations), merubah benda kerja dari suatu bentuk ke bentuk yang lain mendekati bentuk akhir produk yang diinginkan, sehingga memiliki niali tambah dengan merubah geometri, sifat – sifat, maupun penampilan benda kerja. Operasi pemrosesan dibagi atas tiga kelompok, yaitu :
  1. Proses pembentukkan (shaping processes),
  2. Proses untuk memperbaiki sifat - sifat (property enchancing processes), dan
  3. Operasi pemrosesan permukaan (surface processing operations).
Operasi Perakitan (assembly operations), menyambung atau menyatukan dua atau lebih komponen – komponen. Operasi perakitan dibagi atas dua kelompok, yaitu :
  1. Proses penyambungan permanen, seperti : pengelasan, pembrasingan dan penyolderan, dan adhesive bonding.
  2. Proses penyambungan mekanik, seperti : pengencangan dengan ulir (sekrup, mur, baut) pengencangan permanen (rivet, press fitting).


G.  Definisi Jasa

Jasa adalah sesuatu yang diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Jadi hasil dari jasa akan dapat dilihat setelah jasa tersebut diselesaikan. Contoh : bayangkan bila anda akan pergi untuk memotong rambut, maka jasa pemotongan tersebut akan dikonsumsi ketika diproduksi dan hasilnya akan tampak setelah rambut anda selesai dipotong.

Industri Pelayanan / Jasa (Service Industries), yaitu industri yang bergerak dibidang pelayanan atau jasa, baik untuk melayani dan menunjang aktifitas industri yang lain maupun langsung memberikan pelayanan/jasa kepada konsumer. Contoh : Bank, Jasa Angkutan, Rumah Sakit dan lain – lain.

Perbedaan jasa dengan manufaktur dari sudut pandang serentaknya produksi dan konsumsi akan membedakan perilaku jasa dalam operasinya. Jasa bisa dibawa ke konsumen ataupun sebaliknya, sehingga konsumen merupakan faktor penting dari ketidakpastian yang akan dikendalikan. Selain itu jasa juga tidak dapat diproduksi disuatu tempat dan kemudian dikirim ke tempat lain maupun disimpan (kecuali jasa informasi).

Adapun perbedaan antara industri jasa dan manufaktur dari sudut pandang bentuk, kepemilikan, kondisi dan organisasi dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

Tabel 1.2 Perbedaan Antara Industri Jasa dan Manufaktur

Manufaktur
Jasa
Produk dapat disentuh (tangible).
Produk tidak dapat disentuh (intangible).
Kepemilikan dialihkan pada saat pembelian.
Kepemilikan pada umumnya tidak dialihkan.
Produk dapat dijual kembali.
Tidak mungkin dijual kembali.
Produk dapat didemokan sebelum dibeli.
Produk tidak ada sebelum dibeli.
Produk dapat disimpan sebagai persediaan.
Produk tidak dapat disimpan.
Produk mendahului konsumsi.
Produksi dan konsumsi terjadi secara serentak.
Kegiatan produksi dan konsumsi dapat dipisahkan dalam lokasi kegiatan.
Kegiatan produksi dan konsumsi harus terjadi pada lokasi yang sama.
Produk dapat dipindahkan.
Produk tidak dapat dipindahkan.
Penjual memproduksi.
Pembeli mengambil bagian langsung dalam proses produksi dan benar – benar dapat melakukan sebagian dari produksi itu.
Memungkinkan kontak tak langsung antara perusahaan dengan pelanggan.
Sebagian besar membutuhkan kontak langsung.
Produk dapat diekspor.
Jasa umumnya tidak dapat diekspor, tetapi sistem pelayanan jasa dapat.
Bisnis diorganisasikan berdasarkan fungsi, dengan penjualan dan produksi terpisah.
Penjualan dan produksi tidak dapat dipisahkan secara fungsional.


H.  Segitiga jasa

Dalam merancang proses industri jasa dibutuhkan suatu kerangka kerja dasar. Kerangka ini merupakan segitiga jasa yang mengasumsikan terdapat empat elemen yang harus dipertimbangkan dalam memproduksi jasa, yaitu pelanggan, manusia, strategi, dan sistem.

Pelanggan tentu saja ada ditengah – tengah segitiga sebab jasa harus selalu berpusat pada pelanggan. Manusia adalah karyawan dari perusahaan jasa. Strategi adalah pandangan atau filosofi yang digunakan untuk mengarahkan segala aspek pelayanan jasa. Sistem adalah sistem fisik dan prosedur yang digunakan.


I.     Strategi Produk Jasa

Strategi jasa ini menentukan bisnis apa yang anda garap. Strategi jasa ini memberikan pengarahan untuk merancang produk, sistem pelayanan, dan pengukuran. Strategi jasa memberikan suatu pandangan tentang jasa macam apa yang harus diadakan oleh perusahaan.

Suatu contoh strategi adalah strategi yang pernah dilakukan oleh Sempati Airlines dimana pelanggan yang mempunyai Preffered Card akan dilayani kebutuhannya tanpa delay atau diberi ganti rugi meskipun penumpang pesawat tersebut hanya satu orang. Hal ini menunjukkan komitmen Sempati yang mengutamakan kepuasan pelanggan, dan bukan sekedar ingin untung sendiri.


J.     Strategi Proses Pelayanan

Kunci utama dalam memilih suatu proses adalah jumlah kontak pelanggan. Jika derajat kontak rendah, proses dapat diabaikan dari pelanggan atau pengaruh eksternal lainnya. Dalam hal ini potensi pelanggan untuk mengganggu proses produksi adalah kecil.jumlah kontak yang rendah cocok dengan jenis proses manufaktur sehingga efisieninya dapat menjadi tinggi.

Sebaliknya, jika kontak pelayanan tinggi, pelanggan dapat mengganggu proses produksi dengan tuntutan jenis pelayanan tertentu atau perlakuan khusus. Kontak pelanggan yang lebih tinggi dapat menyebabkan proses produksi yang tidak efisien, tetapi kehadiran pelanggan dalam sistem tidak seluruhnya mengganggu. Kadang kala pelanggan dapat menjadi sumber efisiensi, yakni dengan menggunakan pelanggan untuk mengerjakan sebagian dari tugas pelayanan. Sebagai contoh, pelayanan swalayanan seperti Restoran Mc Donald’s mengambil baki, sambal, garam, merica, sedotan dan membawa sendiri hidangannya.

by : siddiq arrohman
sumber : http://blogriyani.blogspot.com/2011/01/industri-manufaktur-dan-jasa.html

Pendidikan desain industri

Pendidikan Desain Industri Kreatif di Bidang Fashion

Peranan pendidikan adalah menyiapkan generasi masa depan yang lebih unggul dari generasi sekarang. Oleh karena itu pendidikan harus mampu menyiapkan generasi yang dengan cepat mampu menjawab tantangan, mampu menyelesaikan masalah,berfikir kritis, kreatif, inovatif, dan profesional dibidangnya, dalam kondisi budaya yang berwawasan regional, nasional maupun global. Lembaga Pendidikan bidang fashion secara ideologis selain merupakan inkubator dan pengemban konservasi- inovasi teknologi, senibudaya dan profesionalisme pendidikan juga sebagai embrio potensi kreatif. Sehingga Lembaga pendidikan fashion selain memiliki peluang untuk bekerjasama dengan pihak-pihak yang membutuhkan kreatifitas baik pemerintah maupun swasta juga berkesempatan untuk menjadi bagian langsung dari ekonomi kreatif. Untuk itu, diperlukan trobosan kreatif yang merangkum semua potensi yang dimiliki oleh Lembaga pendidikan fashion. Kesemuanya dapat diintegrasikan dengan program-program stimulatif tidak hanya bagi akademisi dan peserta didik tetapi juga masyarakat luas baik sebagai pertner produktif maupun pengguna jasa kreatif.

Bidang pendidikan terkait erat dengan sumber daya manusia sebagai faktor kunci industri kreatif, maka aspek yang secara langsung perlu mendapat perhatian adalah proses belajar- mengajar. Perbaikan pengembangan ataupun perubahan baik pada perangkat keras maupun lunak pendidikan sepertinya sulit untuk dihindari terutama bila tidak ingin bermain pada tataran mediocare semata. Perlu disadaripula bahwa lembaga pendidikan tinggi salah satu visi dan misinya adalah sebagai agen perubahan( agen of change) ,realisasinya dapat diukur dari out put yang dihasilkan yakni hasil-hasil kreatifitas dan produktifitasnya, baik dibidang pendidikan, penelitian /pengkajian, maupun pengabdian masyarakat.

Pendidikan Tinggi di Bidang Fashion sebagai inkubator kreator seyogyanya terus mengembangkan paradigma, konsep, serta ide kreatif, dengan selalu membuka diri untuk berinteraksi dengan lingkungan, teknologi, lintas ilmu dan perubahan zaman. Pengembangan bidang keilmuan bidang studi maupun bidang saintifik harus terus dikembangkan karena sangat penting sebagai ruhnya pendidikan. Jika selama ini baru sebagaian alumni pendidikan tinggi di bidang fashion yang berhasil dalam industri kreatif maka kenyataan itu dapat digunakan sebagai stimulan yang sangat bagus untuk direspon secara aktif oleh lembaga.

Ada beberapa definisi tentang kreatifitas yang dikemukakan oleh para ahli, ada yang menyebutkan bahwa kreatifitas adalah sebuah proses menghasilkan sesuatu yang “baru” bisa berbentuk gagasan atau obyek (benda). Sedangkan Menurut Thomas Alfa Edison, kreatifitas itu terdiri dari 1% Inspirasi dan 99 % usaha sehingga tidak ada orang kreatif yang kerjanya hanya duduk-duduk tanpa berusaha. Pendapat lain mengatakan bahwa orang yang kreatif adalah yang dapat menemukan solusi sebuah permasalahan dengan berbagai cara atau cara baru. Adapula yang memahami bahwa, kreatif adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang yang memungkinkan untuk menemukan terobosan-terobosan baru dalam menghadapi persoalan baru yang biasanya tercermin dalam pemecahan masalah dengan cara yang baru atau unik. Artinya, kreatifitas bisa terjadi pada perseorangan atau sekelompok masyarakat baik akademis maupun non akademis dan seni ataupun non seni yang terkait erat dengan kebijakan serta kesepakatan akan sistem yang dianut. Pada dasarnya, industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide dan originalitas gagasan sumber daya manusia yang dinperoleh dari kombinasi proses berfikir (kognitif) dan rasa estetis (emotif). Ada asumsi lain yang mengatakan bahwa kreatifitas itu adalah sesuatu yang istimewa, namun bukan berarti kreatifitas harus dapat melakukan sesuatu yang istimewa. Yang penting adalah ada yang dilakukan dan memberikan nilai manfaat yang tinggi bagi lingkunagannya. Orang kreatif biasanya dimotifasi oleh dorongan untuk berhasil, bukan untuk mengalahkan yang lain

Salah satu tanggung jawab lembaga pendidikan adalah mencermati lingkungan dan kompetensi dasar yang dimiliki, mungkin saja lingkungan dinamis secara internal dapat diperoleh dari beberapa aspek yang dimiliki lembaga pendidikan di bidang fashion seperti pengembangan model pembelajaran, kegiatan kreatif terencana yang diselenggarakan mahasiswa atau dosen dalam rangka pendidikan menjalin interaksi dengan pihak eksternal dalam rangka mencari masukan dan pengalaman sehingga Desain  Industri kreatif bidang desain di Indonesia semakin maju.

by siddiq arrohman

Total Quality Management in Education (TQME)

Penerapan Total Quality Management in Education (TQME) pada Perguruan Tinggi di Indonesia:
Suatu Upaya untuk Memenuhi Kebutuhan Sistem Industri Modern




Abstrak: Fenomena menarik yang perlu dicermati dari lulusan perguruan tinggi di Indonesia adalah ketidakmampuan lulusan itu untuk cepat beradaptasi dengan kebutuhan dunia industri modern. Hal ini berakibat pada tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat, sebaliknya tenaga-tenaga kerja asing yang berasal dari perguruan tinggi luar negeri terus berdatangan ke Indonesia untuk memasuki pasar tenaga kerja di Indonesia. Pengamatan penulis menunjukkan bahwa hal ini disebabkan oleh terjadinya kesenjangan persepsi antara pengelola perguruan tinggi dalam menghasilkan lulusannya dan pengelola industri untuk menggunakan lulusan perguruan tinggi di Indonesia. Penerapan TQM (total quality management) pada sistem pendidikan yang sering disebut sebagai: Total Quality Management in Education (TQME) diharapkan mampu menghilangkan atau mengurangi tingkat kesenjangan yang ada antara perguruan tinggi dan industri di Indonesia. Penerapan TQME pada perguruan tinggi di Indonesia harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan tinggi.

Kata kunci: Kebutuhan sistem industri modern, Total quality management in education, Peningkatan kualitas terus-menerus, Kepuasan pelanggan.
  1. Pendahuluan
Banyak usaha telah dirumuskan oleh para ahli manajemen kualitas untuk mendefinisikan kualitas jasa atau pelayanan, agar dapat didesain (designable), dikendalikan (controllable), dan dikelola (manageable), sebagaimana halnya dengan kualitas barang. Secara konseptual, manajemen kualitas dapat diterapkan baik pada barang maupun jasa, karena yang ditekankan dalam penerapan manajemen kualitas adalah peningkatan sistem kualitas.
________________________________________________________________________
*) Dr. Vincent Gaspersz, CFPIM adalah konsultan profesional dalam manajemen sistem industri dan kualitas serta Lektor Kepala pada program pascasarjana MM Universitas Trisakti. Anggota Senior (Senior Member) dari The American Society for Quality (ASQ), USA. Memperoleh penghargaan sebagai penulis terbaik pada tahun 1994 dari Mendikbud RI.
Dengan demikian, yang perlu diperhatikan dalam pengembangan manajemen kualitas adalah pengembangan sistem kualitas yang terdiri dari: perencanaan sistem kualitas, pengendalian sistem kualitas, dan peningkatan sistem kualitas.
2. Kajian Teori dan Pembahasan
2.1 Kebutuhan Manajemen Sistem Industri Modern
Manajemen perguruan tinggi di Indonesia seyogianya memahami pula perkembangan manajemen sistem industri modern, sehingga mampu mendesain, menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan kinerja sistem pendidikan tinggi yang memenuhi kebutuhan manajemen sistem industri modern. Hal ini dimaksudkan agar setiap lulusan dari perguruan tinggi mampu dan cepat beradaptasi dengan kebutuhan sistem industri modern. Dengan demikian sebelum membahas tentang sistem pendidikan tinggi, perlu diketahui tentang konsep dasar sistem industri modern yang akan dipergunakan sebagai landasan utama untuk membahas penerapan TQME pada sistem pendidikan tinggi modern di Indonesia.
Pada dasarnya proses industri harus dipandang sebagai suatu peningkatan terus-menerus (continuous industrial process improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beserta proses produksi yang ada saat ini.

wpe4.jpg (36054 bytes)
Gambar 1. Konsep Manajemen Sistem Industri Modern

Agar peningkatan proses industri dapat berjalan secara konsisten, maka dibutuhkan manajemen sistem industri, yang pada umumnya akan dikelola oleh lulusan perguruan tinggi. Konsep sistem industri dan manajemen sistem industri ditunjukkan dalam Gambar 1. Dari Gambar 1 tampak bahwa manajemen sistem industri terdiri dari dua konsep, yaitu: (1) konsep manajemen dan (2) konsep sistem industri. Suatu sistem industri mengkonversi input yang berasal dari pemasok menjadi output untuk digunakan oleh pelanggan, sedangkan manajemen sistem industri memproses informasi yang berasal dari sistem industri, pelanggan, dan lingkungan melalui proses manajemen untuk menjadi keputusan atau tindakan manajemen guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem industri.
Berdasarkan konsep manajemen sistem industri modern di atas, maka setiap lulusan perguruan tinggi yang akan bekerja dalam sistem industri harus memiliki kemampuan solusi masalah-masalah industri yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dikuasainya berdasarkan informasi yang relevan agar menghasilkan keputusan dan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem industri tersebut.
Kemenade and Garre (2000) mengidentifikasi delapan kategori yang dibutuhkan dari lulusan perguruan tinggi sehingga dapat memenuhi permintaan bisnis dan industri di Belgia, Belanda, Finlandia, dan Inggris, yaitu: (1) berorientasi pada pelanggan, (2) memiliki pengetahuan praktis dan aplikasi alat-alat total quality management (TQM), (3) mampu membuat keputusan berdasarkan fakta, (4) memiliki pemahaman bahwa bekerja adalah suatu proses, (5) berorientasi pada kelompok (teamwork), (6) memiliki komitmen untuk peningkatan terus-menerus, (7) pembelajaran aktif (active learning), dan (8) memiliki perspektif sistem.
Berdasar kenyataan, terdapat kesenjangan antara lulusan pendidikan tinggi dan kebutuhan industri di Indonesia seperti ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1
Kesenjangan Lulusan Perguruan Tinggi dengan Kebutuhan Industri di Indonesia
Lulusan Perguruan Tinggi
Kebutuhan Industri
Hanya memahami teori
Memiliki keterampilan individual
Motivasi belajar hanya untuk lulus ujian
Hanya berorientasi pada pencapaian grade atau nilai tertentu (pembatasan target)
Orientasi belajar hanya pada mata kuliah individual secara terpisah
Proses belajar bersifat pasif, hanya menerima informasi dari dosen
Penggunaan teknologi (misal: komputer) terpisah dari proses belajar
Kemampuan solusi masalah berdasarkan konsep ilmiah
Memiliki keterampilan kelompok (teamwork)
Mempelajari bagaimana belajar yang efektif
Berorientasi pada peningkatan terus-menerus dengan tidak dibatasi pada target tertentu saja. Setiap target yang tercapai akan terus-menerus ditingkatkan
Membutuhkan pengetahuan terintegrasi antardisiplin ilmu untuk solusi masalah industri yang kompleks
Bekerja adalah suatu proses berinteraksi dengan orang lain dan memproses informasi secara aktif
Penggunaan teknologi merupakan bagian integral dari proses belajar untuk solusi masalah industri
2.2 Konsep Sistem Pendidikan Tinggi Modern
Meminjam konsep berpikir manajemen sistem industri modern, maka manajemen perguruan tinggi di Indonesia seyogianya memandang bahwa Proses Pendidikan Tinggi adalah suatu peningkatan terus-menerus (continuous educational process improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan lulusan (output) yang berkualitas, pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, dan ikut bertanggung jawab untuk memuaskan pengguna lulusan perguruan tinggi itu. Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna lulusan (external customers) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk mendesain ulang kurikulum atau memperbaiki proses pendidikan tinggi yang ada saat ini. Konsep pemikiran manajemen sistem pendidikan tinggi ini dituangkan pada gambar 2.
Gambar 2. Manajemen Sistem Pendidikan Tinggi Modern
Selanjutnya, dapat dikembangkan pula model manajemen operasional perguruan tinggi di Indonesia seperti pada gambar 3.
 wpe5.jpg (23664 bytes)
 Gambar 3. Roda Deming dalam Manajemen Pendidikan Tinggi Modern
Pada gambar 3, menunjukkan bahwa penerapan roda Deming dalam manajemen pendidikan tinggi di Indonesia akan terdiri dari empat komponen utama, yaitu: riset pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi, operasional proses pendidikan tinggi, dan penyerahan lulusan yang kompetitif dan berkualitas ke pasar tenaga kerja. Dalam hal ini diperlukan suatu interaksi tetap antara riset pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi, operasional proses pendidikan tinggi, dan bertanggung jawab menghasilkan lulusan yang kompetitif dan berkualitas ke pasar tenaga kerja, agar perguruan tinggi di Indonesia mampu berkompetisi dalam persaingan global tahun 2003 dan seterusnya. Berkaitan dengan hal ini, sudah saatnya perguruan tinggi di Indonesia melakukan reorientasi dan redefinisi tujuan dari pendidikan tinggi, bukan sekedar menghasilkan lulusan sebanyak-banyaknya tanpa peduli akan kepuasan pengguna lulusan itu, melainkan juga harus bertanggung jawab untuk menghasilkan output (lulusan) yang kompetitif dan berkualitas agar memuaskan kebutuhan pengguna tenaga kerja terampil berpendidikan tinggi. Konsekuensi dari pemikiran ini adalah penerapan TQME pada perguruan tinggi di Indonesia harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan tinggi itu. Melalui penerapan roda Deming dalam sistem pendidikan tinggi yang dijalankan secara konsisten, maka perguruan tinggi di Indonesia akan mampu memenangkan persaingan global yang amat sangat kompetitif dan memperoleh manfaat (ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk pengembangan perguruan tinggi itu dan peningkatan kesejahteraan pegawai yang terlibat di perguruan tinggi itu.
2.3 Desain TQME untuk Perguruan Tinggi di Indonesia
Sebelum TQME didesain untuk perguruan tinggi di Indonesia, maka stakeholders dari perguruan tinggi harus memiliki kesamaan persepsi tentang manajemen kualitas. Dalam konsep manajemen kualitas modern, kualitas suatu perguruan tinggi antara lain ditentukan oleh kelengkapan fasilitas atau reputasi institusional. Kualitas adalah sesuatu standar minimum yang harus dipenuhi agar mampu memuaskan pelanggan yang menggunakan output (lulusan) dari sistem pendidikan tinggi itu, serta harus terus-menerus ditingkatkan sejalan dengan tuntutan pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif. Berkaitan dengan hal ini, maka Spanbauer (1992) menyatakan bahwa manajemen perguruan tinggi harus mengadopsi paradigma baru tentang manajemen kualitas modern. Paradigma baru dan paradigma lama yang dianut oleh manajemen perguruan tinggi dicantumkan pada tabel 2.

Tabel 2.
Paradigma Baru dan Paradigma Lama dari Manajemen Perguruan Tinggi
Paradigma Baru
Paradigma Lama
Mahasiswa menerima hasil ujian, pembimbingan, dan nasehat agar membuat pilihan-pilihan yang sesuai
Mahasiswa diperlakukan sebagai pelanggan
Keluhan mahasiswa ditangani secara cepat dan efisien
Terdapat sistem saran aktif dari mahasiswa
  • Setiap departemen pelayanan menetapkan kepuasan pelanggan sesuai kebutuhan
  • Terdapat rencana tindak-lanjut untuk penempatan lulusan dan peningkatan pekerjaan
  • Mahasiswa diperlakukan dengan sopan, rasa hormat, akrab, penuh pertimbangan
  • Fokus manajemen pada keterampilan kepemimpinan kualitas seperti: pemberdayaan dan partisipasi aktif karyawan
  • Manajemen secara aktif mempromosikan kerjasama dan solusi masalah dalam unit kerja
  • Sistem informasi memberikan laporan yang berguna untuk membantu manajemen dan dosen
  • Staf administrasi bertanggung jawab dan siap memberikan pelayanan dengan cara yang mudah dan cepat guna memenuhi kebutuhan mahasiswa
Hasil ujian tidak digunakan sebagai informasi untuk memberikan bimbingan dan nasehat kepada mahasiswa
Mahasiswa tidak diperlakukan sebagai pelanggan
Keluhan mahasiswa ditangani dalam bentuk defensif dan dengan cara negatif
Mahasiswa tidak didorong untuk memberikan saran atau keluhan
Staf departemen pelayanan tidak memperlakukan karyawan lain dan/atau mahasiswa sebagai pelanggan
Tidak ada sistem tindak-lanjut yang cukup atau tepat untuk mahasiswa dan alumni
Mahasiswa dipandang sebagai inferior, tidak diperlakukan dengan rasa hormat, cara yang akrab dan penuh pertimbangan
Fokus manajemen pada pengawasan karyawan, sistem, dan operasional
  • Banyak keputusan manajemen dibuat tanpa masukan informasi dari karyawan dan mahasiswa
  • Sistem informasi usang dan tidak membantu manajemen sistem kualitas
  • Staf administrasi kurang memiliki tanggung jawab dan kesiapan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa
Sumber: Spanbauer, 1992
Agar pemahaman dan adopsi paradigma baru pada tabel 2 dapat berhasil, maka dibutuhkan suatu sistem pelatihan kepada pengelola perguruan tinggi di Indonesia. Pelatihan TQME yang penting bagi pengelola perguruan tinggi di Indonesia ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3.
Desain Sistem Pelatihan TQME bagi Pengelola Perguruan Tinggi di Indonesia
Jenis Pelatihan
Waktu Minimum
Materi Pelatihan
Peserta
1. Pelatihan Manajemen Puncak
36 jam
Manajemen Proses, Statistical Thinking, Pelayanan Pelanggan, Pembentukan Kelompok, dan Solusi Masalah
Rektor, Pembantu Rektor, Dekan, Pembantu Dekan, dan Ketua Jurusan/ Departemen
2. Pelatihan Dosen
36 jam
Efektivitas dan Metode Pengajaran, Statistical Thinking, Pelayanan Pelanggan, Pembentukan Kelompok, dan Solusi Masalah
Dosen Tetap, Dosen Tidak Tetap, dan Asisten Dosen
3. Pelatihan Staf Pendukung
36 jam
Pelayanan Pelanggan, Pembentukan Kelompok, Solusi Masalah, Manajemen Waktu, Keterampilan Bertelepon, dan Pengendalian Diri
Semua Staf Pendukung
Setelah memperoleh pelatihan dan siap menerima paradigma baru tentang manajemen perguruan tinggi yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan kepuasan pelanggan, maka sistem TQME secara lengkap dapat didesain, diimplementasikan, dan ditingkatkan terus-menerus pada perguruan tinggi itu seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
wpe7.jpg (54187 bytes)
Gambar 4. Penerapan Total Quality Management in Education (TQME) pada Perguruan Tinggi
Penutup
Penerapan total quality management in education (TQME) pada perguruan tinggi di Indonesia harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan tinggi. Melalui penerapan TQME dalam sistem pendidikan tinggi yang dijalankan secara terus-menerus dan konsisten, maka perguruan tinggi di Indonesia akan mampu memenangkan persaingan global yang amat sangat kompetitif dan memperoleh manfaat (ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk pengembangan perguruan tinggi dan peningkatan kesejahteraan personel yang terlibat di perguruan tinggi itu. Upaya ini juga akan mengurangi kesenjangan persepsi yang terjadi antara perguruan tinggi dan industri di Indonesia. Untuk itu, perlu direnungkan secara mendalam, mengapa tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia dari waktu ke waktu terus bertambah, sedangkan di satu pihak tenaga kerja asing yang nota bene adalah lulusan perguruan tinggi luar negeri terus berdatangan ke Indonesia dan "merebut" posisi manajemen dalam industri? Hal ini memberikan konsekuensi ekonomi yaitu semakin banyak devisa yang tersedot untuk membayar upah tenaga kerja asing itu!
Solusinya adalah secepatnya menerapkan TQME pada perguruan tinggi di Indonesia, agar lulusan perguruan tinggi di Indonesia mampu bersaing di pasar tenaga kerja global pada tahun 2003 dan seterusnya. Patut dicatat bahwa pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam sistem industri akan menjadi sumber daya nasional yang paling efektif untuk membawa bangsa Indonesia menuju kemajuan dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Lulusan perguruan tinggi di Indonesia perlu dibekali juga dengan beberapa kemampuan tambahan seperti: bekerja sama dan berinteraksi dengan orang lain, berkomunikasi, berpikir berdasarkan logika, solusi masalah dan pembuatan keputusan, melihat sesuatu secara komprehensif dalam konteks sistem, pengendalian diri, dan lain-lain. Untuk hal ini, beberapa mata kuliah seperti manajemen proses, dasar-dasar teori dan analisis sistem, teori-teori tentang manajemen kualitas, statistical thinking, statistical process control, analisis masalah dan pembuatan keputusan akan sangat bermanfaat apabila diajarkan pada perguruan tinggi di Indonesia.

Pustaka Acuan
Deming, W. E. 1986. Out of the Crisis. Massachusetts Institute of Technology, Massachusetts.
Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas untuk Industri Jasa. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Harrington, J. H. and James S. Harrington. 1993. Total Improvement Management. McGraw-Hill, Inc., New York.
Kemenade, E. V. and Paul Garre. 2000. Teach What You Preach—Higher Education and Business: Partners and Route to Quality. Quality Progress Vol. 39, No. 9, September 2000, pp. 33-39.
Spanbauer, S. J. 1992. A Quality System for Education. ASQC Quality Press, Milwaukee, Wisconsin.