Sabtu, 30 April 2016

LIMBAH PLASTIK PALAPA PLASTIC RECYCLE FOUNDATION

Daur ulang sampah plastik

Upaya daur ulang sampah plastik yang dilakukan Palapa Plastic Recycle Foundation, sebuah lembaga yang dibentuk masyarakat Lhokseumawe untuk mengatasi persoalan sampah plastik, kini mulai dilirik perusahaan pendaur ulang sampah plastik terbesar di dunia. Lembaga ini ditawari kesempatan mengekspor sampah plastik yang telah diolah.
Menurut Chairman Palapa Plastik Recycle Foundation (PPRF) Baharudin Sanian, yayasannya menampung berbagai sampah plastik yang dikumpulkan pemulung. Berbeda dengan agen barang bekas, yayasan ini menurut Baharudin , memberdayakan pemulung dengan cara membantu mereka mengetahui nilai ekonomis sampah plastik. Jika sebelumnya pemulung menyerahkan sampah plastik berbagai jenis dalam bentuk aslinya, yayasan membantu pemulung memisahkan berbagai jenis sampah plastik tersebut sesuai unsur kimianya masing-masing.
“Dengan cara membagi semua jenis sampah plastik menurut unsur kimianya masing-masing, secara langsung membuat harga jual sampah plastik tersebut meningkat. Dulu ketika pemulung menyerahkan sampah plastik dalam bentuk utuh dan berca mpur baur, dihargai oleh agen pengumpul hanya Rp 1000 perkilogram. Tetapi ketika sampah plastik tersebut mulai dibagi dan dikelompokan sesuai unsur kimianya, harganya meningkat berkali lipat,” ujar Baharudin.
Dia mencontohkan, satu botol minuman bisa terdiri dari dua jenis sampah plastik yang berbeda, botol dan tutupnya. Ketika keduanya dipisahkan dan digabungkan dengan jenis yang sama, maka harga sampah plastik tersebut bisa lebih mahal dibanding saat pemulung menjual botol dan tutupnya tak terpisah. “Kami butuh waktu sampai dua tahun membuat pemulung tahu membedakan jenis-jenis sampah plastik,” ujar Baharudin.
PPRF kini memiliki sebuah tempat penampungan dan pabrik pengolahan sampah plastik. Pabrik ini berfungsi menggiling sampah-sampah plastik yang telah dipisahkan ke dalam berbagai jenis, menjadi serpihan kecil atau plastic chips. “Kalau dijual dalam bentuk plastic chips ini, harganya lebih mahal lagi, ” kata Baharudin.
PPRF menurut Baharudin sempat dibantu lembaga donor yang datang ke Lhokseumawe pascatsunami. Dari lembaga donor inilah, PPRF mendapatkan konsultasi bisnis dan dihubungkan dengan salah satu perusahaan pengolah sampah plastik terbesar di dunia yang berbasis di Hong Kong, Fukutomi.
Perwakilan Fukutomi telah datang ke Lhokseumawe dan tertarik dengan apa yang kami lakukan. Mereka meminta kami mengekspor sebesar dua kontainer sampah plastik yang telah digiling tersebut, ujar Baharudin sembari mengatakan, dalam sebulan PPRF bisa menjual 150 ton sampah plastik yang telah diolah ke pabrik pengolahan.
Namun upaya Baharudin dan PPRF mengatasi persoalan sampah plastik ini tak sepenuhnya didukung Pemerintah Kota Lhokseumawe. Mereka malah membebani PPRF agar membantu Pemkot menyediakan tempat sampah untuk berbagai jenis sampah berbeda.
“Padahal kami minta Pemkot agar mau mendidik masyarakat, membuang sampah dengan memilah jenisnya. Ini untuk membantu pemulung memungut sampah-sampah plastik, ” ujar Public Outreach PPRF Surya Aslim. Surya mengatakan, upaya PPRF sebenarnya secara langsung telah membantu mengatasi persoalan sampah plastik di Lhokseumawe.

Butuh waktu ratusan tahun untuk mengurai sampah plastik. Sampah plastik yang dibiarkan di tanah akan menjadi polutan yang kalau dibakar akan menambah kadar gas rumah kaca di atmosfer. Karena itu, salah satu langkah mencegahnya adalah dengan mendaur ulang sampah-sampah plastik itu. 
Daur ulang plastik tak hanya bisa menjaga kelestarian alam. Tapi juga bisa mendatangkan keuntungan ekonomi. Apalagi, jika pengelolaan sampah plastik itu dilakukan dengan serius dan mendapatkan dukungan pemerintah. 

Potensi limbah plastik sebagai bahan komoditas mulai disadari para perlaku bisnis di Indonesia. Terbukti dengan munculnya industri-industri daur ulang plastik kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Tidak hanya membawa dampak positif bagi lingkungan, daur ulang plastik juga dapat membuka lapangan kerja baru, seperti tenaga sortir plastik, tenaga giling, tenaga pengepakan sampai staf administrasi dan keuangan. 

Di Batam, kini juga mulai bermunculan pelaku-pelaku daur ulang plastik. Mulai yang dilakukan para pencinta lingkungan sampai di perumahan-perumahan. Misalnya, seperti menjadikan sampah-sampah plastik itu sebagai aksesoris maupun untuk kebutuhan lainnya seperti untuk tas, tempat sepatu dan lain-lain. 

Di Bengkong misalnya, H Kandong, 50-an, sejak empat bulan lalu sudah melakukan daur ulang plastik dengan cara menjadikan pembungkus deterjen sebagai tas dan aksesoris lain. Sampah-sampah plastik itu didapat Kandong dari pengumpul, kemudian dicuci bersih sampai hilang baunya. Plastik itu kemudian dijemur. 

Setelah kering, plastik itu kemudian dijahit menjadi tas dan lainnya. Tas-tas itu bentuknya menarik dan ukurannya beragam. Harganya antara Rp5 ribu sampai Rp45 ribu. ''Tergantung ukurannya,'' katanya. 

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Batam termasuk salah satu dinas yang kini giat mengajak masyarakat itu mendaur ulang atau menggunakan kembali sampah-sampah plastik itu menjadi barang-barang berguna lainnya. Ini sesuai dengan konsep 3 R, Reduce, Reuse dan Recycle. 

''Di komplek perumahan saya, saya juga mengajak ibu-ibu untuk memanfaatkan sampah plastik menjadi barang-barang berguna dan ekonomis,'' kata Ketua Tim 3 R Sampah Kota Batam Dinas Kebersihan dan Pertamanan Bram Wijatmiko. 

Namun, jika dibandingkan dengan negara luar, kita jauh tertinggal dalam hal pengelolaan sampah. Di Jepang misalnya, daur ulang di Jepang dilakukan secara besar-besaran, dengan melibatkan seluruh masyarakat, lengkap dengan undang-undang. Para konsumen bertanggung jawab untuk memilah-milah sampah masing-masing (sampah basah, sampah kering yang dipilah-pilah lagi menjadi botol gelas dan plastik, kaleng aluminium, dan kertas, sedangkan pemerintah daerah bertanggung jawab mengorganisir sampah-sampah itu untuk diserahkan ke pabrik pendaur ulang. 

Sementara di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. 

Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri. Antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya. 

Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai.

2 komentar:

  1. KAMI BELI LIMBAH PLASTIK ANDA DI
    SELURUH INDONESIA
    DENGAN HARGA TINGGI SERTA PEMBAYARAN
    CASH / TUNAI

    DAPATKAN FASILITAS MEMBER TANPA BIAYA KEANGGOTAAN BAHKAN BERKESEMPATAN MENDAPATKAN BANTUAN LIKUIDITAS

    SEGERA HUBUNGI KAMI DI:

    0812 9598 1587

    galeripojokplastik.blogspot.co.id

    BalasHapus